waspada demam berdarah
Saat ini perhatian masyarakat banyak tertuju pada kasus sindrom pernafasan sangat akut (severe acute respiratory syndrome) atau SARS. Semua daya dan upaya ditumpahkan untuk mencegah meluasnya wabah penyakit ini.
Memang, tidak salah bila setiap wabah penyakit yang mengancam kehidupan manusia mendapat perhatian. Tapi, perhatian besar itu jangan sampai mengabaikan pencegahan ancaman penyakit lain yang tak kalah ganasnya. Misalnya demam berdarah.
Salah satu penyakit yang juga perlu mendapat perhatian besar adalah demam berdarah (DB). Penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Bahkan merupakan negara kedua terbesar untuk kasus demam berdarah di dunia setelah Thailand.
Diperkirakan tahun 2003 ini, penyebaran wabah DB mencapai puncak lima tahunnya setelah berjangkit 1998 lalu. "Untuk itu belum terlambat bila mulai sekarang dilakukan pencegahan agar nyamuk tersebut tidak bersarang," kata dokter Khie Chen dari Subbag Penyakit Tropik dan Infeksi Bag. Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM di Jakarta belum lama ini.
Sejak berjangkit pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1986, setiap tahun penyakit ini mewabah di berbagai daerah di Indonesia. Pada 1998 ada kejadian luar biasa (KLB) di Jakarta dengan jumlah penderita 15.452 orang, tersebar di seluruh Ibukota. Diantara penderita, 134 orang meninggal.
Penularan DB berkaitan dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat, sehingga memicu perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Hingga saat ini belum ditemukan vaksin anti DB yang benar-benar manjur. Dan satu-satunya cara untuk memberantas virus dengue, penyebab DB adalah dengan mematikan populasi nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk ini dapat menyerang siapa saja dan dimana saja. Jangan sampai kegiatan 3M baru dilakukan bila sudah ada warga yang terjangkit DB. Aktivitas tersebut penting sekali dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan, untuk mengontrol siklus perkembangbiakannya. Menyemprotkan insektisida penting untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes Aegypti dewasa.
"Upaya pencegahan penyakit DB harus dimulai sejak sekarang, sebelum berjangkit, apalagi sudah terlanjur mewabah," kata Khie Chen pada acara Gerakan Anti Demam Berdarah yang dilakukan tim Baygon di Jakarta.
Hingga saat ini, katanya, satu-satunya jalan yang paling efektif untuk mencegah DB adalah dengan program 3M. Yaitu menguras, mengubur, dan membakar. Bila kemudian terjadi KLB, ditambah 1M lagi yaitu menyemprot. Sehingga program penanggulangan DB disebut 3M+1.
Program menyemprot ini dilakukan apabila sudah terjadi KLB. Hal ini ditempuh karena keterbatasan dana yang dimiliki Departemen Kesehatan. Tahun 2001, misalnya, anggaran yang disediakan pemerintah untuk mengatasi DB hanya Rp2 miliar. Padahal menurut Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM&PL) Depkes Umar Fahmi Achmadi, anggaran idealnya adalah Rp9 miliar-Rp10 miliar.
Keterbatasan anggaran tidak membuat program pemberantasan dan penanganan DB harus terhenti. Sebab, kenyataannya DB masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Setiap tahun berbagai daerah, pasti ada yang terjangkit DB. Sejak pertama kali kasus DB ditemukan di Jakarta dan Surabaya tahun 1968, sudah ribuan nyawa melayang.
Antara 1968 hingga 1998, rata-rata 18.000 orang dirawat akibat DB. Dari jumlah itu, sekitar 700-750 penderita meninggal dunia. Daerah yang paling tinggi yang mengalami wabah DB adalah DKI Jakarta. Rata-rata terdapat 78,92 kasus per 100.000 jiwa. Sesuai dengan siklus KLB setiap 5 tahun sekali, kasus DB akan meningkat 2003 ini.
Tidak berkesinambungan
Tingginya kasus DB disebabkan kesadaran masyarakat untuk membersihkan sarang nyamuk lewat 3M, tidak dilakukan secara berkesinambungan. Upaya penyemprotan yang dilakukan hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik atau larva dan telor nyamuk tetap berkembang.
Kesadaran dan peranserta masyarakat menjaga kebersihan lingkungannya, memang harus ditumbuhkan. Untuk itu dibutuhkan motivator. Tentu saja peningkatan kesadaran ini tidak hanya diperuntukan bagi warga pedesaan atau masyarakat kelas bawah, tapi masyarakat secara menyeluruh. Sebab, DB tidak hanya menyerang masyarakat kelas bawah, tapi bisa menimpa siapa saja.
Melihat kenyataan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pencegahan DB belum merata dan tidak berkelanjutan, PT Johnson HHP tergerak berperan serta. Perusahaan yang memproduksi Baygon itu mencanangkan program Gerakan Anti Demam Berdarah . Gerakan yang dilakukan selama Mei ini, akan menjangkau 140 kelurahan di tiga daerah yaitu Jakarta, Surabaya, dan Palembang. Ke tiga daerah itu memang dikenal sangat rawan DB.
Pada peluncuran program tersebut di daerah Joglo, tim Baygon mengajak artis sinetron Anjasmara dan Dewi Hughes berpartisipasi. Mereka melakukan kegiatan 3M+1, dengan menguras bak mandi, menutup wadah air bersih, mengubur sampah, dan penyemprotan.
"Ayo ibu-ibu, kita bersihkan rumah dan lingkungan kita, agar demam berdarah tidak menyerang," teriak Hughes dari atas pentas yang disambut tepukan tangan meriah oleh ratusan warga setempat yang mendapat penyuluhan dari tim gerakan anti DB tersebut.
Kegiatan ini akan melibatkan dokter RSU lokal dan artis ibukota yang akan memberikan informasi mengenai bahaya dan gejala DB, perawatan terhadap penderita DB, serta pentingnya melakukan 3M+1 untuk mencegah penularan. Tim tersebut bersama warga dan sekolah setempat melakukan kegiatan untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti.
"Program ini dilaksanakan dengan harapan agar masyarakat secara proaktif melindungi keluarga mereka, dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, serta melakukan 3M+1. Diharapkan model pencegahan DB yang diprakarsai oleh Baygon ini, bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya," ujar Georg Stocker, Managing Director PT. Johnson Home Hygiene Products.
Program ini, kata Tetty Muhdi, brand group manager insect control PT Johnson HHP, lebih ditujukan pada upaya penyadaran masyarakat akan bahaya DB. Setelah program dilaksanakan, tim ini akan melakukan pemantauan.
Perusahaan ini juga memberikan sumbangan berupa obat semprot Baygon kepada masyarakat kurang mampu, yang daerahnya mempunyai kasus cukup tinggi di wilayah Jakarta, Palembang dan Makassar.
"Diharapkan gerakan ini akan berkelanjutan dan dilaksanakan di wilayah lain di Indonesia. Sehingga nanti bisa dicanangkan Hari Anti Demam Berdarah Nasional. Dengan peran aktif seluruh masyarakat, suatu saat Indonesia dapat bebas dari DB," ujar Tetty. (yr
Sumber: Majalah HealthToday
0 komentar:
Posting Komentar